Salah satu dari materi unggulan SMP Ibrahim Asmoroqondi adalah Boarding school berbasis pesantren. Perlu untuk diketahui,SMP tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren Syaikh Ibrahim Assamarqondy yang beralamatkan di Jl.Ki Ageng Gribig, Lesanpuro Gang.6 Malang, Jawa Timur. Hal ini tentunya menjadi nilai plus bagi siswa yang turut serta dalam pendidikan SMP bertaraf internasional itu.
Pendidikan boarding school ala pesantren adalah sistem pendidikan yang menggabungkan kurikulum akademis dengan pengajaran agama yang mendalam. Boarding school menawarkan pengalaman belajar yang mengutamakan pembentukan karakter, kedisiplinan, dan penguatan iman, di mana para santri tinggal di asrama dan mengikuti rutinitas harian yang terstruktur. Meskipun konsep boarding school umumnya lebih dikenal di negara barat, sistem ini juga diterapkan di banyak pesantren di Indonesia, yang mengedepankan pendidikan agama Islam.
Boarding school ala pesantren adalah pilihan pendidikan yang sangat relevan bagi orangtua yang menginginkan pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai agama dan akademik dalam kehidupan anak-anak mereka. Dengan pengajaran yang berbasis pada disiplin, akhlak, dan kedekatan dengan Allah SWT pemilik semesta, pesantren mampu mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat dan siap menghadapi tantangan dunia yang terus berubah.
Keunggulan Boarding Plus ala Pesantren adalah:
1. Penggabungan Pendidikan Umum dan Agama
Salah satu karakter khas boarding school ala pesantren adalah adanya integrasi antara pendidikan agama dan akademis. Di dalam pesantren, selain mempelajari mata pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan ilmu pengetahuan alam, santri juga mendapatkan pendidikan agama yang mendalam, seperti ilmu fiqih, tahfidz Al-Qur’an, hadis, sejarah Islam, dan nahwu shorof.
Hal ini membentuk keseimbangan antara penguasaan ilmu Pendidikan umum dan agama, yang bertujuan untuk mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademis tetapi juga memiliki wawasan agama yang luas dan mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Pembelajaran
Metode pembelajaran boarding school ala pesantren biasanya mengutamakan pendekatan disiplin dan ibadah. Para santri dibimbing oleh kyai, ustadz, atau pengasuh pesantren yang menjadi panutan dalam mengajarkan nilai-nilai Islam serta kehidupan yang penuh ketaatan. Aktivitas keagamaan seperti shalat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, zikir, dan kultum (kuliah tujuh menit) adalah rutinitas sehari-hari yang membentuk karakter spiritual santri.
Selain itu, pesantren juga menerapkan pembelajaran dengan sistem halaqah, di mana santri duduk dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan buku atau kajian agama. Hal ini memungkinkan santri untuk lebih mendalam memahami ajaran agama dan mempererat ukhuwah (persaudaraan) antar sesama santri.
3. Pembentukan Karakter dan Akhlak
Salah satu tujuan utama dari boarding school ala pesantren adalah pembentukan akhlak atau moral yang baik. Melalui berbagai kegiatan rohani dan sosial, santri dididik untuk mengamalkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, disiplin, kesederhanaan, dan tolong-menolong. Kehidupan asrama yang terkadang jauh dari keluarga ini mengajarkan kemandirian, tanggung jawab, dan hidup saling berbagi dengan sesama.
Selain itu, para santri juga dibimbing untuk selalu berbuat baik, menjaga adab, hormat kepada guru dan orang tua, serta menjauhi perilaku buruk. Oleh karena itu, pendidikan moral di pesantren sangatlah penting dalam mendidik generasi muda agar menjadi pribadi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
4. Lingkungan yang Mendukung Proses Belajar
Lingkungan pendidikan mendukung proses belajar yang intensif. Para santri tinggal bersama teman-teman sebaya di asrama, yang “mengharuskan” mereka untuk saling berinteraksi, bekerja sama, dan belajar hidup secara mandiri. Kehidupan di asrama membantu santri untuk lebih fokus pada pendidikan dan ibadah, serta mengurangi gangguan dari luar yang dapat mengalihkan perhatian mereka.
Pesantren juga biasanya memiliki aturan yang ketat untuk menjaga kedisiplinan, seperti jadwal harian yang teratur, penggunaan waktu yang efisien, serta pembatasan akses terhadap media sosial atau hiburan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan mereka.
5. Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial
Selain fokus pada pendidikan akademis dan agama, banyak pesantren yang juga mengajarkan kepedulian sosial. Kegiatan sosial seperti mengadakan pengajian umum, membantu masyarakat sekitar, atau berpartisipasi dalam kegiatan amal juga merupakan bagian dari kurikulum pesantren. Hal ini bertujuan untuk membentuk santri agar memiliki rasa empati, berbagi dengan sesama, dan lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitar mereka.