Buku ini memuat 78 nasihat dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Nasihat pertama yang diccantumkan dalam buku ini yaitu, tiga kewajiban utama seorang mukmin dalam keadaan apapun, yaitu melaksanakan perintah Allah, menghindari larangan-Nya, dan ridha atas segala ketetapan-Nya. Sepatutnya memusatkan segala perhatian kepadanya, menata jiwa dengannya, dan mengikat anggota tubuh dengannya dalam segala kondisi.
Ditukil dari perpusnas, “Kunci-kunci semua yang gaib ada pada Allah. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri (dan orang-orang yang diberitahu sebagian ilmu-Nya).” (QS. al-An’âm [6]: 59)Kondisi masyarakat Baghdad pada era Syekh Abdul Qadir al-Jailani (1077-1166 M) mirip seperti yang kita alami hari ini. Banyak orang yang terjerat oleh gemerlap belenggu duniawi.
Hal itu tentu membuat resah hati Sang Sulthanul Aulia. Kitab Futuhul Ghaib (Ilham-ilham Gaib) lahir sebagai respon atas kondisi yang sedang terjadi kala itu dan tentu sangat relevan dengan situasi sekarang. Dalam kitab ini Syekh Abdul Qadir menghadirkan tawaran revolusi ruhani. Sebuah konsep revolusi yang sangat substantif dan mendalam. Melampaui pemahaman yang diwartakan oleh para ulama syariat sebelumnya.
Syekh Abdul Qodir Jailani (1077–1166 M), merupakan sufi besar pendiri Tariqot Qodariyah. Beliau dikenal sebagai Shultonul Aulia (Raja Para Wali Quthub). Dan figur pertama dalam jajaran Quthubul Arba’ah (4 Wali Quthub Dunia). Kemasyhuran ini bukan sekadar klaim golongan melalui dongeng-dongengan, tapi konsensus ilmiah para ulama dari zaman ke zaman.
Syekh Abdul Qodir Jailani ulama besar dzuriyah (keturunan) Nabi Muhammad Saw. Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad Saw. lewat jalur sadah Al Hasani. Beliau memiliki nama lengkap Sayyid Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Zanki Dausat Al-Jailani Al- Hasani.